Tertib Nalar Bagi Calon Pemilih

                 




Dignity bermakna harga diri, kewibawaan ,martabat, keluhuran, keagungan dan kemuliaan. Dignity merupakan totalitas kepribadian dengan cara kita memberi makna pada hidup. Harga diri berkaitan dengan seberapa jauh seseorang itu mencintai dirinya secara positip, serta seberapa kongkrit seseorang menilai kebanggaan dan martabatnya.

Makna keseluruhan dari dignity inilah yang menentukan tataran ideal seseorang untuk layak menjadi pemimpin atau pengikut, menjadi seorang koruptor atau orang jujur ,menjadi pemenang atau justru pecundang.

Masyarakat yang saat ini sedang menjalani  masa tahun politik, dimana kita disuguhkan macam-macam program yang ditawarkan calon pemimpin, sehingga sudah mestinya sebagai masyarakat kita harus mampu menilai bagaimana seharusnya pemimpin yang ideal itu, bukan hanya menilai dari program yang ditawarkan, namun harus lebih spesifik untuk menilai figur, individu, yang menawarkan program tersebut, sehingga tidak terjebak dengan apa yang ditawarkannya saja.

Semua paslon yang maju dalam kontestasi politik di daerah tentunya akan menawarkan program kemasyarakatan yang bagus, hebat,  populis, namun ada baiknya kembali masyarakat harus menilai, meneliti rekam jejaknya, apakah sudah tentu program yang baik, bagus, hebat itu mampu dijalankan sesuai dengan keinginan kita, masyarakat.

Benar-benar mampukah seorang figur yang menawarkan diri menjadi pemimpin itu melaksanakan, mengawal segala program yang ditawerkannya hingga terlaksana.

Ada satu contoh kasus, beberapa saat lalu begitu heboh diberitakan mengenai seorang bupati di suatu daerah di Sumatra Selatan memenangkan kontestasi pilkada di daerahnya, namun tak berselang lama usai dilantik justru terciduk karena melakukan pesta narkoba.

Biasa kita bayangkan bersama, figur pemimpin yang seharusnya memiliki dignity dalam dirinya, keluhuran, martabat, harga diri, simbol keagungan, malah justru adalah figur yang terjebak di dalam kubangan kenistaan.

Disinilah letak kegagalan bukan saja figur pemimpin itu, tetapi kegagalan masyarakat dalam menilai dan memilih sosok pemimpin.

Lalu bagaimana jadinya jika seorang seperti tersebut berlanjut memimpin suatu daerah, jelas sangat merugikan masyarakat.

Sebab itu sangatlah penting bagi masyarakat untuk memahami makna dignity dengan sebenar-benarnya. Menilai figur pemimpin bukan hanya dari program yang ditawarkannya akan tetapi lebih kepada, mampukah seorang calon pemimpin itu menjalankan gagasan dan idenya. Karena seorang pemimpin tidak hanya haruslah memiliki citra positip dalam dirinya, terhadap pekerjaannya, gagasan gagasannya. Namun karakter ber dignity  haruslah tercermin dari rekam jejak sebelumnya.

Okky Ardiansyah Spsi
Penggiat Sosial Politik IP-Center JKT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bunga Rondo Semoyo

Perempuan Indonesia Harus Tangguh Dan Mandiri