MERANTAU...UMR...KESEJAHTERAAN...INFLASI...INVESTASI

Tentunya mata dan telinga kita tidak asing lagi membaca dengan mendengar istilah merantau. Istilah merantau beda tidak dengan melancong? Apakah 'meratau' seperti yang ada di beberapa film Indonesia akhir tahun ini yang menceritakan anak desa dari Aceh dengan teknik silat yang dimilikinya, dia bawa ke Jakarta sebagai  modal cari duit di sana. Membawa asa, mimpi dan harapan doa dari keluarga, kelak pulang bawa apa.

Melompat lebih jauh, Indonesia sebagai negeri yang sedang ingin berkembang seta dihuni jutaan manusia yang terus tumbuh, tentunya tuntutan ekonomi dan sosial semakin meningkat pada tiap individu. Mau tidak mau bagi yang merasa sudah mandiri dan mengemban tanggungjawab, wajib hukumnya untuk memenuhi kewajibannya. Kewajibannya tentu bisa buat diri sendiri atau orang lain dengan tujuan sejahtera

Bekerja / berwiraswasta menjadi mutlak dilakukan. Kondisi ekonomi/pasar di sekitar sangat mempengaruhi nilai ekonomi tiap orang karena standar UMR (Upah Minimum Rata-Rata) yang ditetapkan pemerintah pusat/daerah tidak bisa menjadi patokan kalau keluarga sejahtera. Kita mugkin bisa liat di media, berapa kali buruh di Jakarta melalui serikat buruh berunjuk rasa minta kenaikan UMR dan hapus tenaga kontrak. Itu disebabkan UMR dan kebijakan perusahaan tenaga kontrak dari perusahaan masih merugikan dan belum mensejahterakan buruh dan keluarganya.

Apa batasan kita dan keluarga kita sejahtera, apakah dengan cukup makan terpenuhi setiap harinya, apakah dengan uang bulanan yang selalu lebih, punya mobil,jaminan kesehatan,jaminan tua, biaya sekolah anak terjamin. Apakah tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan seseorang. Pola gaya hidup dan lingkungan menjadi faktor utama sejahtera terasa sangat jauh. Mobil baru dengan tekhnologi LCGC dengan bandrol murah, jadi pingin beli dengan nyicil, motor yang tiap tahun tidak pernah habis berproduksi, ingin beli walau nyicil. Rumah dengan bunga kecil tawaran KPR.

Tanpa kita sadari pola hidup kita yang yang cenderung konsumtif menjadi penyebab hidup terasa tak pernah cukup. Kita melupakan bahwa nilai uang kita pegang terus menurun, dan selalu menyalahkan "harga kok naik terus'. BBM naik, harga daging juga ikut naik semua ikut naik. INFLASI menyerang masyarakat Indonesia di semua lini. Ketergantungan produk impor membuat dolar tukar rupiah jatuh sampai level yang tinggi diangka Rp.11.900. Inflasi membuat semua barang lambung tinggi karena 10rb yang kita punya bisa buat makan lauk tahu ayam, sekarang cuma dapat lauk tahu tempe.

Anjuran untuk mengatasi polemik yang terus menyusahkan masyarakat, kita disuruh belajar berinvestasi. Kita ubah pola hidup 'sok kaya' dengan investasi bikin kaya yang sebenarnya. Uang gajian 1 bulan jangan dihabiskan semua untuk keperluan harian dengan beberapa tagihan, tapi ada porsi berapa persen uang dari gaji masukan dalam anggaran tabungan masa depan (investasi). Ada banyak bentuk investasi baik jangka panjang maupun yang pendek. Semua ada margin dan kehebatnya masing masing. Kita bisa Investasi di Emas, property, beli tanah, buka usaha, nanam saham tapi tentunya hati hati juga, jangan tergiur dengan janji untung besar karena sudah banyak yang tertipu.













Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bunga Rondo Semoyo

Perempuan Indonesia Harus Tangguh Dan Mandiri