Nilai Humanisme


Tidak sulit kita temui pada jam-jam istirahat kantor di kota-kota besar,sebut saja salah satunya Jakarta, bagaimana  karyawan profesional pria pun wanita berpakaian necis bergerumbul untuk makan siang di warung-warung kecil yang tumbuh di gang-gang sempit terhimpit gedung pencakar langit, warteg, istilah umum di kota Jakarta.

Seorang kawan saya berkelekar : "kalau Restoran moderen, atau pasar moderen supermarket, pun minimarket, mendulang omzet tinggi pada tanggal-tanggal muda atau awal gajian, Warteg justru sebaliknya. Hukum ekonomi di warteg berbeda dari kelaziman, karena omzet terbesar selama satu bulan justru saat tanggal-tanggal tua," kami tertawa berbarengan. 

Esensi warung rakyat dengan Restoran modern sudah sangat berbeda, hal itu bisa tergambar dari paparan serta joke di atas jika kita kaitkan dengan pola belanja masyarakat moderen kita.

Di era moderen ini tentu akan sulit bagi warung tradisional untuk bersaing dengan Restoran modern, selain karena pengelolaan yang sangat baik, kenyamanan, kepastian harga, akses dan jaminan akan kualitas produk dan masih banyak kelebihan lainnya. Namun,  ternyata semua kelebihan itu tidak serta merta mengesar peran warung tradisional khususnya di Indonesia .

"Bu, boleh saya beli nasi campurnya lima  ribu saja, uang saya nga cukup," ucap seorang pekerja proyek galian kabel berbicara ke pemilik warung dengan lirih. Si ibu  pemilik warung tanpa menjawab mengambil kertas pembungkus.

Saya menghitung ada empat kali sendukan nasi ia tuang pada kertas, sebutir telur bumbu bali, sedikit sayur kacang panjang iris, dan ia masih menambahkan pula dua tempe goreng sebelum menyenduk sambal dan membunkusnya dengan rapi.

Si ibu tampak tersenyum saat menyerahkan nasi bungkus dalam tas plastik hitam kepada pekerja galian itu. Matur nuwon nggih bu ( terima kasih ya, bu) ucap si pekerja, dan si ibu menjawab, iyo, --- wis  ndang mangan, engko waktu istirahat e entek (Iya, sudah sana makan, nanti waktu istirahatnya habis ). Menyaksikannya, saya terenyuh. Nilai-nilai keindonesiaan itulah yang tidak bisa tergeserkan oleh Restoran moderen, nilai-nilai yang  tak tetulis dalam menu makan Restoran moderen, nilai Humanisme.


ardi tuan, wahai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Sumber Energi Baru Biogas

Wisata Desa Mandiri Pangan dan Energi, Saung Berkarya

Menyelusuri Silsilah/Genetika Prabowo Subianto Djojohadikusumo